9 Tradisi Unik Perayaan Natal di Indonesia, Salah Satunya Pakai Wayang dari Yogyakarta

Ilustrasi Natal
Sumber :
  • (Pixabay/JillWellington)

Jateng – Perayaan Natal di Indonesia tidak hanya diisi dengan sekadar memasang pohon Natal, bertukar kado, atau menghadiri misa di gereja. Sebagai negara yang kaya akan keragaman budaya, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi unik dalam menyambut sukacita Natal.

Tradisi-tradisi ini tidak hanya menjadi simbol perayaan, tetapi juga mencerminkan nilai kebersamaan, gotong royong, dan toleransi dalam beragama.

Berikut ini sembilan tradisi unik perayaan Natal dari berbagai daerah di Indonesia, mengutip Antara News, Selasa (24/12/2024):

1. Marbinda (Suku Batak, Sumatera Utara)

Tradisi marbinda adalah kegiatan penyembelihan hewan ternak seperti babi, kerbau, atau kambing yang dilakukan oleh kelompok keluarga atau marga. Penyembelihan biasanya dilakukan sehari sebelum Natal oleh perwakilan pria dari setiap keluarga.

Setelah penyembelihan, daging hewan dibagi secara adil kepada semua anggota keluarga, baik dalam bentuk mentah maupun yang sudah dimasak bersama. Tradisi ini mengajarkan pentingnya kesetaraan dan keadilan dalam berbagi berkat Natal.

2. Meriam bambu (Flores, Nusa Tenggara Timur)

Di Flores, tradisi meriam bambu menjadi bagian tak terpisahkan dalam perayaan Natal. Tradisi yang sudah ada sejak tahun 1980-an ini melibatkan permainan meriam bambu yang menghasilkan suara ledakan keras sebagai simbol kegembiraan menyambut kelahiran Yesus Kristus. Tradisi ini menciptakan suasana meriah dan penuh semangat di tengah masyarakat.

3. Ngejot dan Penjor (Bali)

Bali memiliki sebuah perayaan Natal yang unik bernama tradisi ngejot dan penjor. Ngejot adalah tradisi membagikan makanan kepada tetangga, terlepas dari agama atau kepercayaan mereka. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai toleransi dan saling menghormati kerukunan antar umat beragama.

Sedangkan Penjor adalah pemasangan bambu melengkung yang dihias dengan janur, penjor melambangkan rasa syukur kepada Tuhan atas berkah yang telah diberikan. Tradisi ini memperlihatkan harmoni antara kepercayaan lokal dan agama yang dianut masyarakat Bali.

4. Rabo-Rabo (Jakarta)

Meski dikenal sebagai kota metropolitan, Jakarta memiliki tradisi Natal unik bernama rabo-rabo yang dilestarikan oleh masyarakat Kampung Tugu di Jakarta Utara.

Dalam tradisi ini, masyarakat berkeliling kampung sambil diiringi musik keroncong, kemudian mengunjungi rumah-rumah tetangga dan kerabat.

Puncaknya adalah prosesi mandi-mandi, di mana para peserta saling menggambar wajah dengan bedak putih. Tradisi ini melambangkan penebusan dosa dan persiapan menyambut Tahun Baru dengan hati yang suci.

5. Wayang Wahyu (Yogyakarta)

Di Yogyakarta, Natal dirayakan dengan tradisi wayang wahyu, yaitu pementasan wayang kulit yang mengangkat kisah-kisah dari Alkitab. Tradisi ini merupakan cara unik untuk menyampaikan firman Tuhan melalui seni budaya lokal.

Wayang wahyu juga mencerminkan harmoni antara spiritualitas dan budaya yang menjunjung tinggi keberagaman.

6. Kunci Taon (Sulawesi Utara)

Tradisi kunci taon yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara, sudah berlangsung sejak awal Desember. Orang-orang Manado mengunjungi makam kerabat untuk berdoa dan menghias makam dengan lampu hias.

Setelah Natal, tradisi ini diakhiri dengan pawai kostum yang meriah sebagai simbol penutupan tahun.

7. Bunyi sirine dan lonceng (Ambon)

Di Ambon, perayaan Natal ditandai dengan bunyi sirine dan lonceng gereja yang bergema serentak. Selain itu, masyarakat juga melaksanakan ritual penyucian di Naku, Leitimur Selatan, dengan lagu daerah dan tarian yang diiringi alat musik tifa.

Ritual ini memiliki filosofi sebagai lambang pembebasan dari dosa dan penyucian diri.

8. Van Vare (Larantuka, Flores Timur)

Masyrakat Larantuka memiliki tradisi unik bernama Van Vare untuk merayakan Hari Natal. Van Vare dimeriahkan dengan pertunjukan musik orkes dan paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu Natal.

Selain itu, dalam Van Vare, Sinterklas juga turut hadir untuk membagikan hadiah kepada anak-anak. Tradisi ini menjadi momen yang dinantikan oleh masyarakat setempat.

9. Bakar batu atau Barapen (Papua)

Di Papua, tradisi Bakar Batu atau Barapen dilakukan setelah misa Natal. Masyarakat menggali lubang dan memasak daging, sayuran, serta umbi-umbian dengan batu panas tersebut, sebelum akhirnya dimakan bersama.

Tradisi ini bukan hanya wujud rasa syukur kepada Tuhan, tetapi juga simbol kebersamaan yang kuat di antara anggota masyarakat.

Keragaman budaya umat beragama

Ragam tradisi Natal di Indonesia mencerminkan keunikan budaya lokal yang berpadu dengan semangat religius. Tradisi-tradisi ini tidak hanya memperkaya keragaman perayaan Natal, tetapi juga memperkuat nilai kebersamaan, toleransi, dan rasa syukur.