Gubernur Ahmad Luthfi Yakini Jateng Bisa Jadi Lumbung Pangan Nasional di 2026
- Humas Pemprov Jateng
Jateng – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menegaskan Jawa Tengah harus terus menjadi lumbung pangan dan sekaligus menjadi penopang industri nasional pada 2026.
Hal itu Ia sampaikan saat membuka Musyawarah Rencana Pembangunan Rapat Kerja Pemerintah Daerah (Musrenbang RKPD) 2026, di Grhadika Bhakti Praja, Selasa (27/5/2025).
Gubernur Ahmad Luthfi pun meminta agar seluruh pihak bisa terus bekerjasama memperkuat kedaulatan pangan di Jawa Tengah.
“Hari ini kita lakukan brain storming dan kita finalkan, bahwa Jawa Tengah untuk tahun 2026 adalah swasembada pangan dalam rangka menopang industri nasional. Ini selaras dengan RPJMN, bahwa kedaulatan pangan di wilayah kita akan kita perkuat,” ujarnya seperti dilansir dari situs resmi Pemprov Jateng.
Sejauh ini Jawa Tengah dikatakannya memiliki target produksi pada tahun 2026. Di antaranya yaitu target produksi padi sebanyak 9.380.811 ton, jagung 3.446.000 ton, dan kedelai 78.704 ton.
Untuk komoditas perternakan, pada 2026 ditargetkan produksi daging sebanyak 976.686.848 kilogram, susu sebanyak 76.017.815 liter, dan produksi telur sebanyak 938.181.867 kilogram. Sedangkan, target produksi perikanan budidaya pada 2026 sebesar 618.135 ton.
Untuk mendukung target tersebut, Luthfi menyebut ada 16 upaya yang telah dirumuskan. Di antaranya, pupuk mudah bagi petani, subsidi solar bagi nelayan dan ketersediaan daycare untuk buruh di kawasan industri.
Adapula pembelian hasil panen petani dan nelayan oleh BUMD Jateng Agro Berdikari, peningkatan pelatihan sertifikasi Juru Sembelih Halal dan standar pemotongan hewan, juga program asuransi gagal panen bagi petani dan nelayan lewat Jamkrida.
“Jadi BUMD kita adalah tulang punggung sebagai penjuru, apabila petani nelayan kita bermasalah pada saat hasil panen,” ungkapnya.
Tidak hanya itu saja, Ia menegaskan perlunya cara untuj meningkatkan produksi seperti stimulan benih padi seluas 100.101 hektare, benih jagung seluas 3.000 hektare, dan benih kedelai seluas 1.000 hektare.
Intervensi juga dilakukan untuk merehabilitasi jaringan irigasi tersier sebanyak lebih kurang 609 paket, dan irigasi alternatif berupa sumur dangkal, irpom, irpop dan sprinkle sebanyak 55 unit. Selain itu ada intervensi untuk asuransi gagal panen, pembangunan embung, pengamanan produksi dari serangan hama dan dukungan alsintan.
Intervensi juga dilakukan di sektor peternakan. Di antaranya penyediaan benih dan bibit berupa produksi semen beku sebanyak 490.000 dosis di 35 kabupaten/ kota, serta penambahan 3.000 indukan sapi perah.
Sementara, intervensi juga dilakukan untuk sektor perikanan. Seperti pengembangan nilai salin, pengembangan pakan mandiri, penyediaan 6 juta benih nila, peningkatan sarpras pelabuhan perikanan Pantai Tasikagung dan Asuransi Nelayan.