Cak Imin Tegaskan Tidak Pernah Bawa NU ke Dalam Politik
- istimewa via viva
Nasional, VIVAJateng - Dalam beberapa hari terakhir, pernyataan dari dua tokoh penting, yaitu Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, dan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya, telah menjadi sorotan.
Pernyataan tersebut berkaitan dengan politik praktis dan peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam Pemilihan Presiden 2024.
1. Cak Imin dan Penggunaan NU dalam Politik Praktis
Cak Imin dengan tegas menegaskan bahwa ia tidak pernah membawa PBNU ke dalam politik praktis.
Meskipun ia adalah anggota NU sejak lahir, ia tidak mengaitkan NU dalam agenda politiknya.
"Saya gak pernah bawa-bawa PBNU, dari lahir sampai sekarang orang tahu saya adalah NU," katanya saat di DPP Partai Nasdem, Rabu, 6 September 2023. Dikutip dari VIVA.
2. Gus Yahya dan Peringatan untuk Capres-Cawapres
Gus Yahya, sebagai Ketua Umum PBNU, memberikan peringatan kepada bakal calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) untuk tidak mengatasnamakan NU dalam Pemilihan Presiden 2024.
Secara struktural, tidak ada dukungan resmi dari PBNU atau kiai-kiai NU kepada calon tertentu dalam Pilpres.
"Jangan ada calon mengatasnamakan NU. Kalau ada calon mengatasnamakan (NU), kredibilitasnya atas nama perilakunya sendiri-sendiri. Bukan atas nama NU," terang Gus Yahya di Jakarta, Sabtu, 2 September 2023.
3. Tidak Akan Ada Dukungan Resmi dari NU atau Kiai-kiai NU
Gus Yahya menekankan bahwa NU dan kiai-kiai NU tidak akan memberikan dukungan resmi kepada calon tertentu dalam Pilpres.
Klaim yang menyatakan bahwa kiai-kiai NU merestui calon tertentu dipastikan tidak benar.
"Kalau ada klaim, kiai-kiai NU merestui, itu sama sekali tidak betul," tegasnya.
4. Warga NU dan Partisipasi Politik
Gus Yahya mengingatkan bahwa jika ada warga NU yang ingin mencalonkan diri, sebaiknya mereka melakukannya melalui partai politik, bukan melalui NU.
Ia menekankan bahwa warga NU saat ini telah cerdas dan tidak boleh dimanfaatkan untuk memenuhi ambisi calon tertentu.
5. Warga NU Cerdas dalam Memilih
Gus Yahya memberikan apresiasi terhadap kecerdasan warga NU saat ini yang mampu menilai calon dengan baik.
Ia menegaskan bahwa NU tidak boleh dijadikan alat untuk kepentingan politik tertentu.
"Mindset NU ini dulu dianggap kayak kebo. Ini menghina sekali. Padahal, warga NU ini sudah cerdas, mereka sudah bisa menilai orang. Kami tidak mau NU ini dicocok-cocok hidungnya dibawa ke sana ke mari," ungkap Gus Yahya.