Terungkap! Ini Asal Mula Tradisi Ritual Seks di Gunung Kemukus

Pesona Gunung Kemukus di Sragen, Jawa Tengah
Sumber :

Jateng – Objek wisata Gunung Kemukus kini berubah total sejak direvitalisasi 4 tahun lalu. Padahal, kawasan ini dulunya dulu identik dengan mitos ritual seks. Namun tidak mudah mengubah anggapan tempat yang diyakini untuk mencari pesugihan dengan cara ritual seks tersebut menjadi tujuan wisata reliji seperti sekarang ini. Padahal dahulu digambarkan bagi siapa pun yang berziarah ke Gunung Kemukus harus melakukan ritual seks.

Kini, Gunung Kemukus menjadi salah satu tujuan wisata unggulan di Kabupaten Sragen. Berlokasi di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen, Gunung Kemukus berada di ketinggian sekitar 300 meter diatas permukaan laut.

Di tempat inilah dimakamkan seorang putra dari raja terakhir Majapahit yaitu Prabu Brawijaya V dengan seorang selir, yang bernama Pangeran Samudera.

Mengutip sragenkab.go.id, Hasta, seorang Juru Kunci Makam Pangeran Samudera saat ditemui di Gunung Kemukus, Selasa (2/7/2024) menuturkan bahwa sampai saat ini makam Pangeran Samudera masih sering dikunjungi oleh peziarah dari luar Sragen dan turis mancanegara. Khususnya di malam Jumat pon, hari di mana Pangeran Samudera wafat, ramai pengunjung mengadakan tirakatan, tawasul, dan tahlilan di wilayah ini.

Kisahnya bermula ketika Pangeran Samudera diutus oleh guru spiritualnya yaitu Sunan Kalijaga untuk menyiarkan agama Islam di wilayah Grobogan, Sragen, Solo, dan Karanganyar. Perjalanannya dimulai dengan menemui saudaranya, Kyai Ageng Gugur, di Candi Cetho Gunung Lawu.

Setelah beberapa bulan singgah di pesanggarahan Kyai Ageng Gugur, Pangeran Samudera berniat kembali ke Kesultanan Demak Bintoro, tempatnya memperdalam ilmu Agama Islam setelah Kerajaan Majapahit runtuh.

Sayangnya, dalam perjalanan pulang tersebut Pangeran Samudera jatuh sakit di Dusun Bogorame. Ia menempuh perjalanan dengan tubuh yang sempoyongan hingga tiba ke sebuah desa yang kini disebut sebagai Desa Doyong, dalam Bahasa Indonesia doyong berarti hampir jatuh atau sempoyongan.

Pangeran Samudera melanjutkan perjalanan ke utara dan berhenti karena raganya kembali melemah, desa ini sampai sekarang dikenal dengan Desa Mudro diambil dari nama Pangeran Samudera dalam aksen Jawa yaitu Samudro.

Setelah merasa kondisinya membaik, Pangeran Samudera terus berjalan ke utara. Lagi-lagi Pangeran Samudera menangis kesakitan atau dalam Bahasa Jawa disebut “nangis gorang-garong”, sehingga daerah tersebut kini disebut dengan Desa Barong.

Namun Pangeran Samudera terus menguatkan diri untuk meneruskan perjalanan, ia terus berbelok ke Barat hingga sampai ke sebuah daerah yang kini dikenal dengan nama Desa Kedunguter. Konon katanya, nama Kedunguter ini diambil dari kata “muter-muter” atau “berputar-putar” karena ketika sampai di daerah ini Pangeran Samudera merasa kepalanya sangat pusing. Di desa inilah kondisi Pangeran Samudera memburuk hingga mendapatkan perawatan dari warga setempat, sampai akhirnya Pangeran Samudera pun wafat di usia yang masih sangat muda.

Garis keturunan Pangeran Samudera yang berasal dari keluarga kerajaan ini, mengharuskan Pangeran Samudera dimakamkan di tempat yang lebih tinggi daripada masyarakat biasa. Satu-satunya tempat tertinggi kala itu adalah sebuah hutan belantara yang belum bernama. Tempat itulah yang sekarang disebut dengan Gunung Kemukus.

Nama Gunung Kemukus berasal dari sebuah keajaiban yang muncul setelah Pangeran Samudera dimakamkan. Setiap pagi di musim kemarau, di atas makam Pangeran Samudera terlihat embun berbentuk kerucut atau kukusan.

Waspada! BMKG Sebut 6 Kabupaten di Jateng Ini Berpotensi Kekeringan

wisata gunung kemukus

Photo :
  • -


Salah Paham Jadi Awal Mula Ritual Seks


Terkait dengan stigma negatif yang melekat dengan destinasi wisata religi ini, Hasta menceritakan bahwa hal tersebut bermula dari miskomunikasi antara pendahulunya dengan pengunjung dari luar Jawa. Ia menjelaskan bahwa juru kunci terdahulu memiliki kesulitan berbicara dalam Bahasa Indonesia, sedangkan pengunjung makam Pangeran Samudera mayoritas tidak bisa berbahasa Jawa.

“Mbah saya memberi saran kepada pengunjung agar berziarah ke makam Pangeran Samudera diibaratkan mendatangi demenan atau kekasih, yang diartikan walaupun hujan angin badaipun tidak masalah. Tetapi pengunjung itu tadi salah kaprah mengartikannya, mereka kira kalau datang kesini harus membawa pacar.” Jelasnya.

Ia menegaskan bahwa tidak ada syarat khusus bagi peziarah untuk mendatangi makam Pangeran Samudera, cukup dengan membawa bunga untuk tradisi tabur bunga dan berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

“Jangan meminta ke Pangeran Samudera, cukup doakan beliau. Berdoa hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa!”tegasnya.

Hasta berharap, tidak ada lagi pengunjung yang menyalahgunakan makam Pangeran Samudera, mengingat Pangeran Samudera adalah seorang Wali Allah yang meninggal dalam ikhtiarnya menyebarkan ilmu Agama Islam.

Angka Balita Stunting di Sambirejo Turun