Uniknya Pasar Kramat Jumat Pahing di Magelang, Cuma Ada Setiap 35 Hari Sekali
- (DiskominfoJtg)
Jateng – Pasar Kramat Jumat Pahing, dari namanya, pasar yang berada di Dusun Kramat, Desa Congkrang, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang tersebut, memang buka setiap selapan atau 35 hari sekali. Tepatnya, weton Jumat Pahing pada penanggalan Jawa. Meski begitu, pengunjungnya tetap ramai, baik warga desa, maupun dari wilayah lain.
Ya, Pasar Kramat sudah ada sejak dahulu, dan merupakan warisan dari nenek moyang yang masih bertahan hingga sekarang. Masih ada pengunjung yang meyakini datang ke tempat tersebut sebagai wujud syukur bagi mereka yang hajatnya terkabul. Sebab di kompleks pasar itu, terdapat sebuah petilasan yang dipercaya milik Sunan Kalijaga.
Untuk menuju pasar, pengunjung mesti melintasi jalan dusun. Banyaknya pengunjung dimanfaatkan pedagang untuk berjualan, baik lesehan maupun di gazebo. Makanan yang dijual kebanyakan kuliner jadul, seperti ketan kinco, tiwul, wajik, dan lainnya.
Kepala Desa Congkrang, Muh Kastoni mengaku, tidak tahu persis kapan pasar itu ada. Namun, pasar itu sudah diadakan secara turun-temurun setiap 35 hari sekali. Biasanya, warga dari berbagai desa akan datang ke Pasar Kramat untuk melaksanakan nazarnya.
Dari cerita yang beredar, kata dia, dulunya Sunan Kalijaga pernah singgah ke Dusun Kramat pada Jumat Pahing. Waktu itu, Sunan Kalijaga memotong rambut, kuku, dan meninggalkan jubahnya di salah satu rumah. Kini, rumah itu dijadikan sebagai petilasan.
“Orang yang datang ke sini, biasanya punya nazar. Misal, waktu anaknya sakit, orang tua bernazar akan membawanya ke Pasar Kramat saat sembuh. Kebetulan sembuh dan akhirnya datang ke situ dengan anaknya,” kata Sunan Kalijaga 10 Januari 2025 seperti dikutip dari jatengprov.go.id.
Sementara itu, pedagang makanan asal Desa Tanjung, Sariyati menyebut, sudah lama berjualan di Pasar Kramat. Dia merupakan generasi ketiga. Dia menjual bubur opor dan aneka lauk pauk. Setiap ada pengunjung, kata dia, pasti akan menyempatkan diri mencicipi bubur opor.
Setiap hari, Sariyati mengaku bisa menghabiskan sekitar 2,5 kilogram bubur. Selain itu, kuliner khas lain yang patut dicoba adalah ketupat. Ada pula jajanan jadul lain seperti ketan kinco, tiwul, wajik, jadah, dan lain-lain.
Sariyati mengatakan, Pasar Kramat dibuka mulai pukul 05.00 WIB sampai 10.00 WIB. Namun, masa ramainya antara pukul 06.00 WIB hingga 07.30 WIB. Di hari lain, Sariyati biasanya berjualan bumbu di Pasar Japunan.
“Setiap Jumat Pahing, saya berjualan di sini. Tapi, sekarang pasarnya memang sudah tidak seramai dulu. Yang jualan juga semakin berkurang, begitu pun pengunjungnya,” beber Sariyati.
Warga Desa Banyubiru, Dukun, Dila Eka mengaku, datang ke Pasar Kramat untuk melaksanakan nazar. Sebelumnya, ingin mendapatkan jodoh sesegera mungkin, dan akan berkunjung ke Pasar Kramat ketika sudah menemukan calon suami.
“Nazarnya, kalau sudah didekatkan dengan jodoh, saya mau ke sini. Alhamdulillah sudah ada, terus ke sini lagi, minta disegerakan. Tadi, saya bertemu sama mbah-mbah di petilasan, terus didoain,” ujar Dila.
Setelah mendapatkan doa, Dila lantas memberikan uang seikhlasnya kepada simbah yang diyakini sebagai juru kunci. Selain itu, pengunjung juga bisa menabur uang logam di depannya. Namun, memberikan uang dan menabur uang logam itu tidak bersifat wajib, tergantung pribadi masing-masing.
Kemudian, lanjut dia, pengunjung bisa menikmati makanan yang dijual oleh para pedagang di Pasar Kramat, seperti bubur opor dan kupat. Menurutnya, ritual semacam itu merupakan suatu kepercayaan dari warga.