Menjaga Budaya, Melestarikan Lingkungan
- Istimewa
Jateng – Ratusan warga Ampel Gading, Kelurahan Kalisegoro, Gunungpati, Kota Semarang turut serta dalam kirab air sendang yang digelar Sabtu (24/5). Kirab ini merupakan rangkaian dari acara apitan atau sedekah bumi di kampung setempat.
Apitan sendiri diambil dari nama bulan Apit, yaitu bulan sebelum Bulan Besar dalam penanggalan Jawa, atau bulan terlaksananya Hari Raya Iduladha. Selain warga asli kampung, warga pendatang yang tinggal di perumahan di daerah itu juga turut serta dalam kegiatan ini.
Kirab air sendang dimulai dari sebuah titik kumpul. Warga kemudian terbagi empat kelompok, di mana setiap kelompok berjalan menuju sendang yang ditentukan. Masing-masing, sendang Dipo, Sapi, Kelor, dan Jaro yang selama ini berada di Ampel Gading. Setiap kelompok membawa sejumlah perangkat prosesi, mulai payung, tombak, tumpeng, sapu lidi, hingga kendi untuk tempat air.
Sesampainya di sendang, setiap kelompok memanjatkan doa, kemudian mengambil air dengan memasukkannya ke dalam kendi. Setelahnya, semua kelompok yang sempat terpisah, sama-sama menuju ke makam cikal bakal kampung, yakni Kiai dan Nyai Kabluk. Di makam ini, warga kembali memanjatkan doa, sekaligus menuangkan air dari 4 sendang yang ada ke dalam tempat tersendiri.
Air dari 4 sendang itu selanjutnya disiramkan ke makam Kiai dan Nyai Kabluk. Pengarah acara, M Zuyyina Laili mengatakan, kegiatan ini adalah bagian untuk terus merawat budaya yang ada. Selain itu, acara kirab air sendang diharapkan mengingatkan pentingnya air dalam kehidupan.
“Karena itu, sudah semestinya semua bisa merawat sendang. Merawat sendang juga menjadi bagian dari menjaga lingkungan,” ungkapnya.
Warga Ampel Gading menggelar tradisi apitan ini, sejak Kamis (22/5) dengan nyekar ke makam Kiai dan Nyai Kabluk. Selanjutnya, mereka menggelar bakti sosial, dan mendatangkan hiburan grup qasidah ezzura. Acara ditutup lewat pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Sigit Adji Sabdo Prijono.