Mubalighat Masa Kini: Antara Ilmu dan Keterampilan Berkomunikasi
- Istimewa
Jateng – Di tengah lanskap dakwah yang terus berevolusi, pembekalan komprehensif bagi para mubalighat atau dai perempuan menjadi semakin penting. Di era sekarang, tantangan dakwah ini menuntut kemampuan komunikasi yang prima, agar pesan-pesan kebaikan mampu memberi warna dan perubahan di masyarakat.
"Mubalighat harus dibekali ilmu, keterampilan komunikasi, serta semangat membawa nilai-nilai Islam secara kontekstual dan solutif," terang Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang Bidang Tabligh, Drs. Sukamdo.
Mubalighat tak hanya tampil dari sekadar penyampai pesan, melainkan juga komunikator yang mampu berinteraksi dengan audiens yang semakin kritis. Di lapangan, para mubalighat akan berhadapan dengan berbagai karakter dan pemikiran. Sehingga diperlukan kemampuan untuk tetap terlihat rasional, tidak emosional, serta memiliki kesabaran ekstra dalam menghadapi situasi yang beragam.
“Dalam konteks dakwah hal ini berarti mubalighat harus menjadi sosok yang kredibel, berpengetahuan luas, dan sangat adaptif,” tambahnya.
Ketua PWA Jawa Tengah, Dr. Enny Winaryati M.Pd menyatakan, sejak awal berdirinya Aisyiyah dikenal sebagai gerakan perempuan yang visioner dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan tentu saja dakwah. "Semangat ini ditegaskan kembali melalui pelatihan ini. Bahwa perempuan bukanlah sekadar obyek dakwah, melainkan subjek utama yang memiliki potensi besar dalam membentuk masyarakat yang lebih baik," ucapnya.
Ketua PDA Kota Semarang, Aminah Kurniasih, S.Pd., M.Si, menyatakan, kegiatan pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi dai Aisyiyah, agar mampu menjadi ujung tombak dalam menyerukan amar ma’ruf nahi munkar. Para dai atau mubalighat Aisyiyah juga dapat menyampaikan pesan-pesan Islam dengan metode yang lebih relevan dan efektif di tengah perkembangan teknologi informasi.
Salah satu sorotan utama dalam pelatihan ini juga adalah bagaimana kiprah dakwah Aisyiyah di era digital. Dakwah saat ini dipandang tak bisa hanya mengandalkan cara konvensional, melainkan juga harus menyentuh generasi muda yang sangat akrab dengan teknologi. “Karenanya para peserta pelatihan mubalighat diajak memproduksi konten dakwah digital yang selanjutnya disebarluaskan lewat media sosial agar tersebar semakin luas,” ujarnya.