Jateng Butuh Ruang Ekspresi Ciptakan Ketahanan Kebudayaan
- Istimewa
Jateng – Badan Riset Daerah (Brida) Provinsi Jawa Tengah menyebut perlunya penyediaan ruang-ruang ekspresi guna menjaga ketahanan budaya. Saat ini, kesenian pertunjukan tradisional mendapatkan tantangan luar biasa dan jika dibiarkan apa adanya maka bisa jadi akan semakin tergerus.
Tim Peneliti Brida Jateng, Arif Sofianto mengungkapkan sejumlah tantangan yang dihadapi oleh kesenian pertunjukan tradisional di Jawa Tengah. Pertama, ada banyak kesenian kontemporer (baru) yang menjadi alternatif hiburan bagi masyarakat.
Ia mencontohkan, sebagian masyarakat memilih menggelar organ tunggal daripada wayang atau ketoprak atau gamelan. "Pemerintah Jawa Tengah memiliki agenda kebijakan menjaga ketahanan budaya. Di sisi lain, ada kecenderungan kesenian-kesenian rakyat itu mendapatkan tantangan," kata Arif di sela-sela paparan hasil penelitian dengan judul "Peran Ruang Ekspresi Budaya Terhadap Perekonomian dan Eksistensi Seni Pertunjukan Tradisional di Jateng" di Kantor Brida Jateng.
Sementara itu jika dilihat dari jumlah pegiat seni pertunjukan tradisional dengan seni kontemporer juga berbeda. Pelaku seni kontemporer cenderung lebih banyak dan berlipat. Tantangan yang kedua adalah belum optimalnya aspek ekonomi bagi pelaku seni pertunjukan tradisional. "Uang bayaran" yang mereka dapatkan biasanya hanya untuk sewa alat, rias, atau operasional kegiatan. Artinya, seni itu belum bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sehingga akhirnya hanya sebagai "kegiatan samben" saja karena panggilan hati untuk ikut serta melestarikan kebudayaan yang ada.
Di sisi lain, seni pertunjukan itu justru memberikan dampak positif bagi sektor lain. Diantaranya adalah pedagang yang sering datang berkerumun ketiga seni pertunjukan digelar. Demikian juga dengan jasa-jasa persewaan sound system hingga rias yang ramai saat ada seni pertunjukan. "Seni pertunjukan ini justru menghidupi sektor-sektor lainnya," kata Arif.
Untuk itu, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh 6 peneliti Brida Jateng dan 2 Peneliti Brin, disimpulkan perlu adanya ruang-ruang ekspresi yang mendukung ketahanan kebudayaan. Ruang ekspresi itu bisa diwujudkan sebagai tempat, fasilitas, hingga berupa penyelenggaraan festival kesenian.
Dalam pelaksanaannya, pemerintah bisa berkolaborasi dengan komunitas-komunitas seni yang ada di masyarakat. Hal itu penting, karena jika penyelenggaranya adalah komunitas maka semua anggota komunitas tergerak karena rasa memiliki.
Kepala Bidang Pelaksanaan Riset dan Inovasi Brida Jateng, Akmal Afif Fatah Yasin arus informasi dan pengaruh budaya asing yang deras sering kali mengancam keberlangsungan budaya lokal. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus menjaga dan mengembangkan ruang-ruang ekspresi budaya agar budaya tetap hidup dan relevan sampai masuk dalam keseharian masyarakat. “Pasar budaya lokal di Jawa Tengah belum memberikan reward yang menjanjikan untuk para pelaku seni budaya lokal," ujarnya.