Heboh! Pimpinan Ponpes Al-Zaytun Panji Gumilang Khutbah Pakai Injil
- YouTube Rezky Maisya Putra
VIVAJateng, Viral - Pondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, telah menjadi perbincangan di masyarakat setelah dikabarkan diduga mengizinkan perbuatan zina dengan pengampunan melalui uang.
Selain itu, pesantren tersebut juga terlibat dalam kontroversi saat perayaan Idul Fitri beberapa waktu yang lalu.
Kontroversi semakin memanas dengan pelaksanaan adzan yang tidak biasa dan rencana pembangunan gereja di sekitar lingkungan Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu.
Terbaru, Pimpinan Ponpes Al-Zaytun kembali menarik perhatian karena khutbah dengan mengutip salah satu ayat Kitab Injil.
Dalam video yang diunggah oleh kanal YouTube @ENN Indonesia, terlihat cuplikan Panji Gumilang sedang memberikan ceramahnya di mimbar masjid. Judul video tersebut adalah "Detik-detik Panji Gumilang membaca Kitab Injil dalam khutbah Idul Fitri 1444 Hijriah."
Awalnya, Panji Gumilang menyatakan bahwa bangsa Yahudi adalah keturunan nabi.
Selanjutnya, dia membahas mengenai Kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang menjadi bagian dari kitab umat Kristiani.
"bicara nasab nabi yang ada di sejarah umat manusia, kita tidak bisa melupakan kitab perjanjian, perjanjian lama maupun baru,” kata Panji Gumilang dikutip dari kanal YouTube ENN Indonesia, Selasa, 7 Juni 2023.
Ia kemudian membacakan ayat dari Kitab Perjanjian Lama yang menggambarkan sejarah Palestina dan Israel.
Tanpa ragu, ia pun mengutip ayat dari kitab Injil.
"Dari sejarah Kitab Perjanjian Lama Pasal 11 ayat 26. Seorang yang besar bernama Tera keturunan daripada Nuh melahirkan seorang putra termasuk Ibrahim. Lalu kita umat Islam menyebutnya dengan Nabi Ibrahim as," terangnya.
Diketahui, ayat dari Alkitab tersebut menyatakan bahwa bangsa Arab dan Israel adalah keturunan Nabi Nuh AS yang bernama Sam.
Panji menegaskan hal ini saat ia mengutip kitab Sirah Nabawiyah dan menjelaskan bahwa bangsa Israel masih merupakan keturunan nabi.
Video tersebut langsung menuai beragam komentar dari warganet yang menganggap tidak pantas merujuk pada kitab suci agama lain selama khutbah, terlebih lagi saat ibadah yang sedang berlangsung adalah dalam konteks Islam.
