Gurun Sahara Dilanda Banjir untuk Pertama Kali dalam 50 Tahun, Kok Bisa?

Gurun Sahara banjir
Sumber :
  • AP

Jateng – Apa jadinya jika gurun pasir yang panas dan tandus dengan tingkat kelembaban yang rendah justru mengalami banjir?

Eskalasi Cuaca Ekstrem Menguat, Kepala BMKG Turun ke Jateng Temui Pj Gubernur Waspada Bencana

Ya, setidaknya itu lah yang terjadi di gurun terbesar di dunia, Gurun Sahara

Gurun Sahara yang berada di Maroko tenggara dilanda banjir untuk pertama kalinya dalam 50 tahun.

BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem di Jawa Tengah pada 9-11 Desember 2024

Seperti dikutip BBC, banjir langka ini disebabkan hujan deras selama dua hari, yang volume airnya setara dengan curah hujan selama lebih dari satu tahun.

"Sudah 30 hingga 50 tahun sejak kami mengalami hujan sebanyak ini dalam waktu yang sesingkat ini," kata Houssine Youabeb, seorang pejabat badan meteorologi Maroko kepada Associated Press.

Anggota Fraksi PPP Soroti Dampak dan Solusi Proyek Sungai Wulan Kudus

 

Gurun Sahara banjir

Photo :
  • AP

 

Sahara adalah gurun panas terbesar di dunia. Areanya terbentang di belasan negara di Afrika, termasuk Maroko

Maroko Tenggara merupakan salah satu tempat terkering di dunia dan jarang mengalami hujan pada akhir musim panas.

Badai Ekstratropis

Di Tagounite, sebuah desa sekitar 450 kilometer di selatan ibu kota Rabat, curah hujan tercatat mencapai lebih dari 100 milimeter dalam 24 jam.

Ahli meteorologi mengategorikan hujan yang jarang terjadi tersebut sebagai badai ekstratropis.

Pemicunya, menurut badan meteorologi Maroko kepada Associated Press, adalah udara yang mengandung banyak uap air. Udara tersebut mendorong penguapan dan menciptakan lebih banyak badai.

Sejumlah citra satelit milik NASA menunjukkan danau yang terletak antara Kota Zagora dan Kota Tata telah terisi air. Padahal, sebelum hujan terjadi, danau itu mengering selama 50 tahun terakhir.

Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), siklus air di seluruh dunia berubah lebih sering. 

"Akibat meningkatnya suhu, siklus hidrologi menjadi lebih cepat," kata Celeste Saulo, Sekretaris Jenderal WMO, dalam sebuah konferensi pers.

"Siklus ini juga menjadi lebih tidak menentu dan tidak dapat diprediksi. Kita kemudian menghadapi masalah yang semakin besar, baik terlalu banyak air maupun terlalu sedikit air."

Seiring dengan semakin seringnya kejadian cuaca ekstrem akibat pemanasan global, para ilmuwan memperkirakan bahwa badai serupa dapat terjadi di Sahara pada masa mendatang.