PPP Jateng: Suarakan Perubahan, 2029 Kembali ke Senayan
- Istimewa
Jateng – Konsolidasi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Dapil Jateng X menjadi titik balik penting bagi partai berlambang Ka’bah. Dengan tema “Penguatan Ideologi dan Struktur Pasca Pemilu”, ratusan kader dari Kabupaten Kebumen, Banjarnegara, dan Purbalingga berkumpul, bukan sekadar untuk rapat, melainkan untuk menyalakan kembali api perjuangan partai yang sempat meredup usai Pemilu 2024.
Acara ini menghadirkan jajaran tokoh kunci: Ketua DPW PPP Jateng H. Masruhan, putra KH. Maimun Zubair yakni Gus Idror, Wakil Ketua DPW Yusuf Cahyono, SH., Ketua DPC Banjarnegara Edi Purwanto, Ketua DPC Kebumen Wahid Mulyadi, perwakilan DPC Purbalingga KH. Syafi’i, Anggota DPRD Jateng H. Ja’far Sodiq, serta pemateri Wakil Ketua DPW PPP Inna Hadianala. Kehadiran badan otonom partai—Angkatan Muda Ka’bah, Gerakan Pemuda Ka’bah, dan Wanita Persatuan Pembangunan.
Dalam sambutannya, Gus Yusuf menegaskan bahwa Kebumen dipilih bukan tanpa alasan. “Kegiatan ini sudah lama direncanakan, dan Kebumen terasa spesial karena dihadiri langsung Gus Idror dan Ketua DPW. Dari sini kita lanjut ke Banyumas dan Cilacap. Semua kader harus paham apa dan bagaimana PPP, lalu meneruskan sampai ke ranting. Target kita jelas: 2029, PPP kembali ke Senayan,” serunya penuh semangat.
Ketua DPW PPP Jateng, H. Masruhan, berbicara lugas soal kondisi partai pasca pemilu. Ia mengingatkan bahwa suara PPP di Jawa Tengah pernah kuat, namun mengalami penurunan tajam di provinsi dan pusat. “Ini teguran dari Allah SWT. Kita harus jujur, pusat gagal mengelola pemenangan. Di Kebumen, saya teringat perjuangan para kiai khos Kebumen yang dulu setia bersama PPP. Semangat itu harus kita hidupkan kembali,” ucapnya.
Sementara Gus Idror, putra Mbah Maimoen Zubair, membawa pesan moral yang dalam. Ia mengibaratkan PPP sebagai garam yang menjaga rasa bangsa. “Tanpa garam, makanan hambar. Tanpa PPP, politik kehilangan ruh. Indonesia sekarang ibarat manusia sakit-sakitan. Demo di mana-mana, rakyat resah. Kalau bukan kader PPP yang memberi obat, siapa lagi? Mari kita benahi partai ini, rumah kita bersama,” ujarnya lantang.
Baginya, PPP bukan sekadar alat politik, tetapi warisan perjuangan yang tak bisa dipisahkan dari dakwah. “Agama adalah prinsip utama, tapi jangan melupakan sumber ekonomi. Pendidikan politik bagian dari dakwah. Islam adalah agama ilmu dan pengetahuan. Maka PPP harus menjadi motor perubahan,” tambahnya.
Suara berbeda datang dari H. Ja’far Sodiq, Anggota DPRD Jawa Tengah yang dikenal kritis. Ia mengingatkan betapa besar kekuatan kader ideologis yang sering terabaikan. “Pada 2018, saya ditugasi pimpinan Pusat turun ke bawah. Saya sempat berhenti di sebuah desa karena melihat bendera PPP berdiri di pinggir jalan. Saya turun, bertemu warga yang memasang bendera itu. Ironisnya, mereka tidak tahu siapa ketua umum atau pengurus pusat PPP. Tapi mereka berkata: Kami tidak peduli siapa pengurusnya, kami tetap PPP. Itu luar biasa. Mereka militan, ideologis, dan setia pada partai, bahkan mereka bilang jika saya disembelih darah saya hijau” kenangnya.