Terkuak, Sejarah Soto yang Ternyata Awalnya Banyak Ditemukan di Pesisir Utara Jawa Tengah

Soto Semarang
Sumber :
  • Foto: Har Ch, Local Guide Google Maps

Pada kondisi sosial abad 19, soto dikenal sebagai makanan khas yang siap saji dan siap antar bagi rakyat kalangan menengah ke bawah.

Kuliner Angkringan Redjo di Klaten, Bahagia dalam Kesederhanaan Lewat Nasi Kucing hingga Bakso Penthol

Saat itu, soto dianggap sebagai menu yang tidak higienis dan berlemak oleh masyarakat kelas menengah ke atas yang sangat memperhatikan kualitas serta tingkat higienis makanan. Bahkan, membuat resep kuliner soto tak dituangkan dalam buku resep masakan yang populer pada akhir abad ke-19.

Awal mula penjaja soto ini selalu menggunakan pikulan, didagangkan oleh pekerja pribumi selalu bisa ditemukan di tempat-tempat yang ramai seperti di persimpangan atau pasar.

Pilgub Jateng, Sudaryono: Pasangan Luthfi-Yasin Selaras dengan Pemerintahan Prabowo

Seiring berjalannya waktu tak lagi dipikul berubah menjadi kedai atau warung. Bukan lagi dikenal sebagai kuliner bagi kalangan menengah ke bawah, pada 1967 soto telah dimasukkan ke dalam buku Resep Mustika Rasa sesuai dengan gagasan Presiden RI ke-1, Soekarno.

Terlepas dari asal-usulnya, adanya pengaruh Tionghoa pada pembuatan soto terlihat dari bahan isiannya seperti mie, bihun atau soun, telur rebus, tauge, daging/jeroan, bawang putih goreng, penggunaan sendok bebek dan mangkuk sup keramik Tiongkok.

Selamat, Dawet Ayu Banjarnegara jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia

Soto pada awalnya banyak ditemukan di pesisir utara Jawa Tengah terutama dari kota-kota perdagangan dan pelabuhan seperti Tegal, Pekalongan, Semarang, dan Kudus. Akibat dari perdagangan ini, muncul juga soto yang berasal dari daerah lain di luar pesisir utara Jawa Tengah.

Kini, berbagai daerah di Indonesia memiliki soto khas masing-masing dengan bumbu dan nama yang berbeda pula.

Halaman Selanjutnya
img_title