Wakil Ketua DPRD Jateng: Kekeringan Bukan Musiman, Tapi Alarm Ekologi
- Istimewa
Jateng – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Setya Arinugorho menghimbauan masyarakat untuk bersiap menghadapi bencana alam kekeringan yang diprediksi melanda sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Pada kondisi sebelumnya, Jawa Tengah mengalami krisis air yang tidak hanya mengganggu sektor pertanian, tetapi juga berdampak pada ketersediaan air bersih dan meningkatkan tekanan sosial di masyarakat.
“Ini bukan cuma masalah tahunan, melainkan alarm bahwa kita harus meningkatkan kesiapsiagaan, perencanaan, dan investasi dalam sistem pengelolaan air serta perlindungan lingkungan yang berkelanjutan,” tegas Ari.
Data dari BMKG dan BPBD Jawa Tengah mencatat bahwa lebih dari 20 daerah kabupaten/kota mengalami penurunan curah hujan yang signifikan. Beberapa wilayah pertanian utama seperti Grobogan, Blora, Wonogiri, hingga Rembang menjadi yang paling terdampak.
Akibatnya, ribuan hektare pertanian terancam gagal panen, sementara akses air bersih di desa-desa mulai menyusut drastis. Setya Ari menekankan bahwa DPRD Jawa Tengah telah mendorong sejumlah langkah strategis. Mulai dari percepatan distribusi bantuan air bersih oleh BPBD dan PDAM, hingga pemetaan digital wilayah rawan kekeringan untuk intervensi yang lebih akurat dan cepat.
Wakil Ketua DPRD Jateng, Setya Arinugroho
- Istimewa.
Sejumlah wilayah di Jawa Tengah mengalami kekeringan. Beberapa daerah yang terdampak paling parah adalah Blora dengan 87 desa, disusul oleh Grobogan dengan 71 desa.
Ari merekomendasikan penyesuaian pola tanam serta pengelolaan sumber daya air yang lebih efisien untuk mengantisipasi potensi penurunan produktivitas pada hasil panen. Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya revitalisasi embung dan infrastruktur air lainnya dengan melibatkan langsung masyarakat desa.