Selain Pakai Kain Jarik, Ini Dia Mitos Lainnya yang Ada di Gunung Lawu

Gunung Lawu
Sumber :
  • vivanews

JatengGunung Lawu bukan hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kisah-kisah mistis yang menyelimuti lereng dan puncaknya.

Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Tegas: No Titip-titip, No Jastip

Gunung yang terletak di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur ini bahkan disebut-sebut sebagai salah satu gunung paling angker di Pulau Jawa. 

Beberapa mitos pun beredar menjadi kabar dari masa ke masa bahwa gunung ini dikuasai oleh kerajaan gaib sehingga mengharuskan para pendaki untuk menaati aturan pendakian.

Identitas 11 Korban Meninggal Dunia Kecelakaan Maut di Purworejo

Melansir dari beberapa sumber, berikut ini beberapa mitos yang ada di Gunung Lawu:

1. Tempat Pertapaan Raja Terakhir Majapahit

Mulai Direalisasikan! Pemprov Jateng Gandeng SMA dan SMK Swasta Gratis untuk Anak Kurang Mampu

Salah satu mitos paling terkenal adalah bahwa Gunung Lawu merupakan tempat moksa (menghilang secara spiritual) Raja Brawijaya V. Ia merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit.

Konon , Raja Brawijaya V menolak masuk Islam dan mengalami kesedihan yang luar biasa pasca anaknya, Raden Patah memeluk agama Islam dan mendirikan kerajan baru di Demak.

Ia pun menyepi ke Gunung Lawu menjelang runtuhnya Kerajaan Majapahit. Tepatnya di Puncak Hargo Dalem, Ia konon menghilang. 

Sementara itu ada beberapa tempat sakral lainnya di Gunung Lawu diantaranya Hargo Dalem yang diyakini sebagai salah satu tempat yang digunakan untuk pamoksan sang Kanjeng Prabu Bhrawijaya Pamungkas. 

Puncak Hargo Dumiling yang diyakini sebagai salah satu tempat untuk pamoksan Ki Sabdopalon.

2. Adanya Pasar Setan di Jalur Pendakian

Hampir semua gunung diyakini ada pasar setan. Konon beberapa pendaki merasakan aura mistis yang kuat ketika melewati jalur pendakian di Gunung Lawu. 

Pendaki yang naik melalui jalur Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang sering mendengar tentang mitos ini. Pasar ini dipercaya sebagai pasar gaib yang hanya bisa dilihat oleh orang tertentu.

Dalam kondisi tertentu, seseorang bisa mendengar suara ramai seperti orang berjualan, padahal tempat itu sepi.

Mitosnya, jika seseorang mendengar riuhnya suara pasar atau melihat pasar secara kasat mata maka tidak diperkenankan untuk membeli barang dagangannya agar bisa melanjutkan perjalanan dengan selamat.

3. Larangan Bicara Kasar 

Gunung Lawu dikenal sebagai tempat bersemayamnya mahluk gaib. Oleh karena itu beberapa anjuran meminta para pendaki untuk berbicara sopan dan tidak berisik.

Nyatanya beberapa cerita mengabarkan para pendaki yang berbicara kasar dan kotor akan dibuat tersesat atau sakit mendadak.

4. Adanya Menara Langit

Dalam beberapa cerita lisan masyarakat lereng Lawu, dikenal mitos tentang "Menara Langit". 

Konon ada sebuah struktur gaib di puncak Lawu yang hanya bisa dilihat oleh mereka yang terpilih. Menara ini diyakini sebagai tempat pertemuan para leluhur yang hidup sebelum zaman kerajaan.

Mitos ini jarang terdengar karena hanya diceritakan dalam upacara tertutup di desa-desa terpencil.

5. Anjuran Memakai Kain Jarik

Sebelumnya sempat beredar kabar adanya pungutan liar berupa penyewaan kain jarik di Gunung Lawu via Candi Cetho. 

Seorang warga di sana menarik uang sebesar Rp 5.000 untuk pendaki memakai kain jarik saat menaiki anak tangga candi. 

Alasannya untuk menjaga kehormatan dan keselamatan. Namun begitu nyatanya hal tersebut tidak ada hubungannya dengan gaib. Bahkan saat ini Pemkab setempat dan Perhutani telah melarang aktivitas pungli di sana.