Cuma Ada di Jawa Tengah! Tradisi Unik Ini Dianggap Bisa Tolak Bala

Ilustrasi tradisi ruwatan
Sumber :
  • vivanews

Jateng – Jawa Tengah menjadi salah satu wilayah yang masih rutin menjalankan ritual adat untuk tolak bala. Tolak bala dilakukan guna menangkal malapetaka atau musibah.

Profil Alamudin Dimyati Rois atau Gus Alam, Anggota DPR RI yang Meninggal Usai Kecelakaan di Tol Pemalang

Tolak bala biasanya dilakukan dengan menggelar ritual seperti upacara adat atau menyediakan baik benda, makanan atau minuman sebagai syarat untuk ditaruh di suatu tempat.

Tolak bala berasal dari dua kata: "tolak" yang berarti menolak dan "bala" yang berarti bencana atau kesialan. Tradisi ini merupakan bentuk permohonan kepada Tuhan agar terhindar dari musibah, bahaya, penyakit, atau gangguan makhluk halus.

Kabar Gembira, Pemprov Jateng akan Berangkatkan 100 Pelajar ke Korsel

Di Jawa Tengah, ritual ini kerap dilakukan saat terjadi wabah penyakit, musim pancaroba, atau pada bulan-bulan tertentu yang dianggap keramat seperti bulan Sura (Muharram dalam kalender Islam).

Berikut ini beberapa tradisi tolak bala yang hanya ada di Jawa Tengah:

Catat! Pelajar di Jawa Tengah Dilarang Hura-hura saat Rayakan Kelulusan, Apalagi Melanggar Hukum

Nulak

Salah satu tradisi tolak bala yang masih rutin digelar yaitu tradisi nulak. Tradisi ini digelar oleh Masyarakat Adat Kalitanjung, Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas.

Melansir dari situs resmi Pemkab Banyumas, upacara dilakukan dengan dihadiri oleh sejumlah warga berpakaian adat serba hitam dengan menggunakan kain batik dan ikat kepala.

Mereka berkumpul bersila melaksanakan upacara sakral "Nulak". Acara tersebut merupakan ritual memanjatkan doa kepada yang Maha Kuasa agar Masyarakat Indonesia khususnya warga desa Tambaknegara diberi perlindungan serta dijauhkan dari wabah penyakit (pageblug) oleh Yang Maha Kuasa sang Chalik Penguasa Kehidupan.

Acara kemudian dilanjutkan dengan selamatan bersama dengan menjajikan tumpeng berkat yang dipersiapkan untuk jamuan makan bersama dan dibawa pulang sebagai berkah untuk keluarga. 

Ruwatan

Ruwatan adalah ritual membersihkan diri atau wilayah dari nasib buruk. Biasanya dilakukan oleh dalang dalam pertunjukan wayang kulit khusus yang disebut Wayang Ruwatan.

Anak-anak yang disebut "sukerta" (yang dianggap memiliki nasib buruk, seperti anak tunggal atau kembar) menjadi fokus utama dalam ruwatan agar terhindar dari mara bahaya.

Larung Sesaji

Larung Sesaji merupakan tradisi keagamaan yang juga kental dengan adat istiadat di tanah jawa. 

Upacara ini biasanya dilakukan setiap 1 syuro atau 1 Muharram oleh masyarakat yang tinggal di daerah pesisir pantai. 

Tradisi ini sebagai wujud rasa syukur kepada Allah swt ditandai dengan dilarungkannya atau di persembahkannya hasil bumi (panen) khususnya masyarakat pesisir di laut selatan. 

Setelah didoakan tumpeng dan sesaji diarak dari menuju pesisir pantai untuk kemudian dilarungkan di laut. 

Tawur Sega

Tawur Sega merupakan tradisi yang digelar di beberapa daerah di Jawa Tengah. Salah satu yang masih menjalankan tradisi ini yaitu Masyarakat di Desa Pelemsari, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang.

Biasanya, prosesi dimulai dengan doa bersama, dipimpin oleh tokoh adat atau sesepuh desa. Setelah itu, warga berkumpul di alun-alun atau tempat terbuka.

Makanan, terutama nasi lengkap dengan lauk-pauknya, disusun dalam tampah atau wadah besar. Setelah aba-aba diberikan, warga mulai saling melempar nasi satu sama lain dalam suasana penuh canda dan tawa.