Rektor Ungkap Makna di Balik Rebranding Unika Soegijapranata Jadi SCU
- Istimewa
Ditegaskan Ferdinand lebih lanjut, peran Soegijapranata dalam revolusi kemerdekaan tak kecil. Setelah Soekarno-Hatta membacakan proklamasi kemerdekaan RI, Seogijaprana bersurat ke Vatikan agar mengakui kemerdekaan Indonesia. “Setelah Vatikan mengakui kemerdekaan Indonesia, negara-negara lain berbondong-bondong turut mengakui,” ucapnya.
Diakui, kisah-kisah perjuangan Soegijapranata memang tak banyak terdengar. Karena memang Soegija, kata Ferdinand’ lebih menyukai silent diplomacy, bekerja dalam sunyi. “Pada 2012, Garin (Nugroho) melaunching film Soegija, namun tampaknya film itu terlalu berat, sehingga tidak meledak di pasaran,” kata Ferdinand, sembari terkekeh.
Pada konteks sivitas akademika, nilai-nilai Soegija yang egaliter dan senang membersamai, sambung Ferdinand, saat ini diterjemahkan dengan apa yang disebut ‘spiritualitas perjumpaan’ di SCU Semarang. “Spritualitas perjumaan adalah semangat yang menghidupi dosen di kampus ini untuk mendampingi mahasiswa, karena hakikat pendidikan ada dalam perjumpaan itu,” ucapnya.
Dalam spiritualitas perjumpaan itu, sambung Ferdinand, setidaknya terkandung tiga nilai: joyfull (penuh suka cita), cura personalis (perawatan terhadap seluruh pribadi/individu), dan reflektif (berpikir mendalam dan kritis). "Perjumpaan dosen dan mahasiswa di kelas, itu perjumpaan yang memakan waktu panjang, maka harus bermakna dan menyenangkan,” tegasnya.
Albertus Soegijapranata merupakan Uskup Agung pertama dari Indonesia. Ia dilahirkan di Surakarta pada 25 November 1896. Soegija meninggal dunia di Steyl, Belanda, pada tanggal 22 Juli 1963. Ia wafat di sebuah biara di Steyl, setelah mengalami serangan jantung. Empat hari setelah wafatnya Soegija, Presiden Soekarno menandatangani Keppres penetapan Soegijapranata sebagai Pahlawan Nasional. Jenazah Soegija kemudian diterbangkan ke Indonesia dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang.